my,,,,,

my,,,,,
,,,,,,,,,

Selasa, 08 Maret 2011

PEMANFAATAN SINGKONG (Manihot utilissima) SEBAGAI BIOETANOL

PEMANFAATAN SINGKONG (Manihot utilissima) SEBAGAI BIOETANOL













KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Nasional
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga








Disusun Oleh :
Nama :Fitroh Wulansari
Kelas : XII IPA
NIS :8894





SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA
2011




HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“ telah diterima dan disahkan oleh pembimbing pada :

hari / tanggal :
waktu           :
tempat          : SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga.


Mengesahkan

Pembimbing II



Nurul Khasanah, S.Pd
NBM. 950574
Pembimbing I



Prawoto Adhye, S.Pd
NIP. 19581212 198803 1 005


Mengetahui
Kepala Sekolah



Drs. Dody Prastowo
NIP. 19611222 198703 1 011




MOTTO
  • Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran
  • Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.























PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, karya tulis ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“ penulis persembahkan kepada semua pihak yang telah membantu, diantaranya yaitu :
  1. Drs. Dody Prastowo, selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga.
  2. Nurul Khasanah, S.Pd, Selaku Wali Kelas XII IPA atas semua bimbingannya.
  3. Bapak/Ibu Guru dan Staf Tata Usaha SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga yang telah memberikan nasehat.
  4. Teman-teman kelas XII IPA yang tercinta.
  5. Serta almamater kebanggaanku, SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga



















ABSTRAKSI

Fitroh Wulansari, 2011. “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“. Karya Tulis Ilmiah, Program Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Purbalingga.



dapat dimanfaatkan sebagai Bioetanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar, sehingga dapat menambah kualitas singkong.
Singkong dapat dimanfaatkan sebagai Bioetanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar. Proses pembuatan Bioetanol singkong menggunakan bahan baku singkong yang telah dijadikan gaplek dengan bantuan cendawan Aspergillus sp dan bakteri Saccharomyces. Keunggulan Bioetanol singkong diantaranya adalah bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional, Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah ditambahkan aditif tertentu.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“. Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang bioetanol singkong.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2010/2011. Penyusunan karya tulis ini berdasarkan panduan dari guru pembimbing yaitu terdiri dari empat bab, yaitu Bab I membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Bab II tentang pembahasan, Bab III berisi landasan teori yang mendasari, dan Bab IV penurup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, terutama yaitu kepada :
  1. Drs. Dody Prastowo, selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga,
  2. Prawoto Adhye, S. Pd, selaku Guru pembimbing karya tulis ilmiah,
  3. Nurul Khasanah, S.Pd, selaku Wali Kelas XII IPA,
  4. Teman-teman kelas XII IPA yang telah memberikan dukungan.
Penulis memahami bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan krituk yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan karya tulis ilmiah pada masa yang akan datang.

Purbalingga, 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN MOTTO iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAKSI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah 1
C. Rumusan Masalah 3
D. Tujuan Penulisan 3
E. Manfaat Penulisan 3

BAB II LANDASAN TEORI
B. Singkong 4
C. Pengertian Bioetanol 6

BAB III PEMBAHASAN
 Pemanfaatan Singkong 9
  
 Keunggulan Bioetanol Singkong Dibandingkan Bensin 12

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak negara berperang untuk mendapat atau mempertahankan sumber-sumber energi tersebut. Energi telah menjelma sebagai roh bagi suatu negara. Jika tidak ada lagi sumber energi di suatu negara, bisa dipastikan negara tersebut akan mati. Saat ini sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang tak terbaharukan dan suatu saat pasti habis.
Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Jika eksploitasi terus berjalan dengan angka saat ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam setengah abad mendatang. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia kelak jika bahan bakar fosil yang menjadi sumber energi utama umat manusia selama lebih dari dua ratus tahun habis begitu saja. Untuk itu, banyak negara mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat.
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol. Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan budidaya pertanian.
Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal abad ke-19 dari Amerika Latin. Karena sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak terlalu sulit. Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam bentuk tapioka. Di negara negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan alkohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam industri lem, kimia dan tekstil. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Dari luas areal 1,24 juta hektar tahun 2005, produksi singkong Indonesia sebesar 19,5 juta ton.
Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi si petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah ini, harga singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang cukup bagi petani. Masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan pun akan terselesaikan dan membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri energi.
Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis membuat karya tulis dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dibahas dalam penulisan katya tulis ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“ adalah sebagai berikut :
a) Apakah singkong dapat digunakan sebgai bioetanol ?
b) Mengapa singkong dapat dijadikan menjadi bioetanol sebagai bahan bakar ?
c) Bagaimana proses pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong ?
d) Apa saja keunggulan dari bioetanol singkong dibandingkan dengan bahan bakar yang lain ?


C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ungun dicapai dari penulisan karya tulis dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“ yaitu :
a) Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang pemanfaatan bioetanol singkong sebagai bahan bakar nabati masa depan.
b) Untuk memenuhi syarat menempuh Ujian Nasional (UN).

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang penulis harapkan dari penulisan karya tulis dengan judul “Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai Bioetanol“ adalah :
a) Mengetahui tentang cara pembuatan bioetanol berbahan baku singkong.
b) Memberikan informasi kepada pembaca tentang produk hasil fermentasi singkong karet yang memiliki nilai guna lebih.
c) Membantu pemerintah untuk menggunakan bioetanol sebagai campuran premium yang ramah lingkungan, dan untuk menekan pemakaian BBM yang semakin langka dan mahal.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. SINGKONG
Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai tanaman perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong, etanol, gula cair, sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya. Seperti disajikan pada table 1 dibawah ini :
No. Jenis Tanaman Nilai Kalori (kal/ha/hari)
1. Singkong 250 x 103
2. Jagung 200 x 103
3. Beras 176 x 103
4. Sorgum 114 x 103
5. Gandum 110 x 103
Tabel 1. Nilai kalori berbagai tanaman penghasil karbohidrat

Selain itu, singkong memiliki potensi yang cukup bagus sebagai tanaman bahan baku etanol (lihat tabel 2 dibawah ini)
No. Jenis Tanaman Hasil Panen (Ton/ha/tahun) Etanol (liter/ha/tahun)
1. Jagung 1-6 400-2.500
2. Singkong 10-50 2.000-7.000
3. Tebu 40-120 3.000-8.500
4. Ubi jalar 10-40 1.200-5.000
5. Sorgum 3-12 1.500-5.000
6. Sorgum manis 20-60 2.000-6.000
7. Kentang 10-35 1.000-4.500
8. Bit 20-100 3.000-8.000
Tabel 2. Potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol
Berdasarkan tabel 2 tentang potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol dapat diketahui bahwa tebu sebagai tanaman penghasil etanol dengan produktifitas tertinggi dan disusul oleh singkong. Bit tidak dipertimbangkan karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga tidak ekonomis. Keunggulan singkong dibanding tebu adalah masa panen singkong relatif lebih singkat dan biaya produksi lebih murah.
Singkong masuk dalam kelas Dicotiledoneae dan famili Euphorbiaceae. Klasifikasi tanaman singkong sebagai berikut.
Kelas : Dicotiledoneae
Sub Kelas : Arhichlamydeae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Manihotae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta / Manihot utilissima

Manihot esculenta mempunyai nama lain Manihot utilissima. Semua genus manihot berasal dari Amerika Selatan. Brazil merupakan pusat asal sekaligus pusat keragaman singkong. Singkong tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 180C dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun. Produktifitas singkong di tingkat petani adalah 14,3-18,8 ton/ha, walaupun data dari pusat penelitian melaporkan bahwa produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha.
Singkong yang dapat digunakan sebagai bahan Fuel Grade Ethanol (FGE) disarankan mempunyai varietas yang memiliki sifat-sifat berkadar pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan terhadap biotik dan abiotik, dan fleksibel dalam usaha tani dan umur panen.

D. PENGERTIAN BIOETANOL
(Bio)Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemurunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Khalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine.
Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan destilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis.
Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Etanol disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Jadi untuk seterusnya, dalam tulisan ini penggunaan istilah alkohol tidak akan digunakan lagi untuk menghilangkan ambiguitas.
(Bio)Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. (Bio)Etanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).

(Bio)Etanol(Bio)Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
Saat ini (Bio)Etanol dipakai secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua kendaraan bermotor di Brazil, saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung paling sedikit kadar ethanol sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil baru, dirancang untuk memakai (Bio)Etanol murni.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (Bio)etanol sebagai bahan bakarnya.
Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia yang melambung membuat (Bio)Etanol semakin diperhitungkan.
(Bio)Etanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%. Perbandingan (Bio)Etanol pada umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran (Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan (Bio)Etanol. (Bio)Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).

BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMANFAATAN SINGKONG





B. 
Cara pembuatan Bioetanol dengan menggunakan bahan dasar singkong (Manihot utilissima) adalah sebagai berikut :
i) Alat yang digunakan :
 Mesin Pencacah singkong
 Tabung Stainless Steel
 Destilasi Absorbent
ii) Bahan yang digunakan :
 Singkong
iii) Cara Pembuatan :
1) Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil dengan menggunakan Mesin Pencacah singkong.
2) Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Sama seperti singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku.
3) Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 1000C selama setengah jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.
4) Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus sp yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus sp atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergillus sp ditaburkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek sehingga cendawan berkembang biak dan bekerja menguraikan pati
5) Setelah dua jam, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan yaitu air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.
6) Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob atau tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 280—320C dan pH 4,5—5,5.
7) Setelah 2 sampai 3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisanyang terdiri dari air, etanol dan lapisan terbawah berupa endapan protein.. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6%—12% etanol.
8) Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9) Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78″C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
10) Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100″C. Pada suhu itu, etanol dan air menguap dan uap dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.

E. KEUNGGULAN BIOETANOL SINGKONG DIBANDINGKAN BENSIN

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua ancaman serius yaitu :
1) Faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya;
2) Polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan.
Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar, serta unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi ataupun pembawa energi yang lebih terjamin keberlanjutannya dan lebih ramah lingkungan.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.
Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.
Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan penggunaan etanol pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah dari pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%.
Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol% (dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJ/kg (Giancoli, 1998). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan bensin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran etanol dibandingkan dengan bensin.


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pernyataan mengenai permasalahan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Singkong dapat dimanfaatkan sebagai Bioetanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar.
2. Proses pembuatan Bioetanol singkong menggunakan bahan baku singkong yang telah dijadikan gaplek dengan bantuan cendawan Aspergillus sp dan bakteri Saccharomyces
3. Keunggulan Bioetanol singkong diantaranya adalah bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional, Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah ditambahkan aditif tertentu.

B. SARAN
Untuk kesempurnaan karya tulis ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan. Dalam penelitian yang selanjutnya, penulis menyarankan agar :
 Dalam penelitian yang selanjutnya dapat disajikan tentang pembuatan Bioetanol selain dari bahan dasar singkong.







DAFTAR PUSTAKA

http://altanovela.wordpress.com/2009/10/01/etanol-dari-singkong/
http://www.indobiofuel.com/cara%20membuat%20bioethanol%20singkong.php
http://id.wikipedia.orhttp://karantinaadisucipto.blogspot.com/2008/03/nama-ilmiah-jenis-tumbuhan.htmlg/wiki/Singkong
www.energiterbarukan.net
http://altanovela.wordpress.com/2009/10/01/etanol-dari-singkong/
http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong
http://karantinaadisucipto.blogspot.com/2008/03/nama-ilmiah-jenis-tumbuhan.html
http://www.infomesin.com/kursus-bioetanol-dari-singkong-biosidel-dari-minyak-jelantah-alternatif-bbm-bensin-solar.html
http://hitamputihkita.wordpress.com/pencerahan-2/
Khudori, (18 Sepetember 2007), “Masa Depan Bahan Bakar Nabati”, Harian Pikiran Rakyat, Jakarta.
Prihandana, Rama dkk. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: AgroMedia Pustaka
LAMPIRAN

FOTO LANGKAH PEMBUATAN BIOETANOL SINGKONG











Pengupasan singkong











Masukkan gaplek dalam tangki stainless steel











Bubur gaplek berubah menjadi lapisan air dan endapan gula















Pengeringan singkong











Sakarifikasi : penguraian pati menjadi glukosa











Proses fermentasi














Larutan pati menjadi 3 lapisan yaitu air, etanol, dan endapan protein.













Destilasi atau penyaringan

































Menyaring endapan protein dengan selang berukuran 1 mikron.













Destilasi absorbent

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please,,,,,
kalau anda sudah mebaca blog ini, dikomentari ya?????
terima kasih atas partisipasinya,,,,